Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma – Queensland, 18 Desember 2025
Ada manusia yang berjalan dengan kepala tertunduk, namun jiwanya menjulang ke langit. Ada pula yang berdiri dengan dada membusung, namun batinnya tenggelam dalam kehampaan. “Yang berendah hati tidak pernah rendah, yang bertinggi hati tidak pernah tinggi.” Kalimat ini bukan sekadar paradoks, melainkan cermin dari kenyataan batin manusia. Kerendahan hati adalah cahaya yang tak terlihat, namun menerangi ruang-ruang terdalam kehidupan. Sementara tinggi hati adalah bayangan yang membesar, namun tak pernah menyentuh langit. Seperti air yang mengalir ke tempat rendah namun memberi kehidupan, kerendahan hati adalah kekuatan yang tak bersuara, namun tak terbantahkan.
Dalam psikologi kepribadian, kerendahan hati dikaitkan dengan stabilitas emosi dan keterbukaan terhadap pengalaman. “Kerendahan hati adalah disposisi yang memungkinkan individu untuk mengenali keterbatasan diri dan menghargai orang lain” (Church & Samuelson, 2021). Orang yang rendah hati tidak merasa kecil, justru ia memiliki ruang batin yang luas untuk belajar dan tumbuh. Ia tidak menuntut pengakuan, sebab ia telah berdamai dengan dirinya sendiri.
Dalam filsafat moral, tinggi hati sering dikaitkan dengan ilusi keunggulan. “Tinggi hati adalah bentuk distorsi kognitif yang membuat individu melebihkan nilai dirinya dan meremehkan orang lain” (Bland, 2024). Orang yang tinggi hati tampak menjulang, namun sebenarnya berdiri di atas fondasi rapuh. Ia mencari validasi eksternal karena kehilangan pusat dalam dirinya. Tinggi hati bukanlah kekuatan, melainkan pelarian dari ketakutan akan ketidakcukupan.
Secara sosial, kerendahan hati memperkuat relasi dan membangun kepercayaan. “Individu yang rendah hati cenderung lebih disukai, dipercaya, dan mampu membangun kerja sama yang sehat” (Harris, 2021). Kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan jembatan yang menghubungkan manusia dalam ruang yang setara. Ia tidak menempatkan diri di atas, tetapi hadir sejajar, memberi ruang bagi orang lain untuk tumbuh.
Dalam konteks spiritual, kerendahan hati adalah jalan menuju kebebasan batin. “Kerendahan hati adalah pengakuan bahwa manusia bukan pusat semesta, melainkan bagian dari kehendak yang lebih besar” (Al-Attas, 2021). Orang yang rendah hati tidak kehilangan harga diri, justru menemukan makna yang melampaui ego. Ia tidak menuntut untuk dilihat, sebab ia telah melihat kebenaran yang tak membutuhkan sorotan.
Kesimpulannya, kerendahan hati adalah kekuatan yang membangun, sementara tinggi hati adalah ilusi yang meruntuhkan. “Kerendahan hati membawa manusia pada pertumbuhan, tinggi hati membawa pada keterasingan” (Church & Samuelson, 2021). Dalam dunia yang gemar menilai dari permukaan, kerendahan hati adalah revolusi sunyi yang mengubah arah kehidupan.
Dan akhirnya, mari kita renungkan: apakah kita hidup untuk terlihat tinggi, atau untuk menjadi dalam? Sebab tinggi hati hanya menjulang di mata orang lain, tetapi rendah hati menjulang di dalam jiwa. Dalam keberanian untuk merendah, manusia menemukan ketinggian yang sejati—bukan karena ia diangkat, tetapi karena ia memilih untuk tidak menjatuhkan. Dan dalam pilihan itu, ia menjadi cahaya yang tak pernah padam.
Referensi:
• Church, A. T., & Samuelson, P. L. (2021). Humility and Personality Psychology. PhilPapers.
• Bland, S. (2024). Intellectual Humility and Humbling Environments. Review of Philosophy and Psychology, 16, 653–674.
• Harris, K. R. (2021). Collective Intellectual Humility and Arrogance. Synthese, 199(3), 1–19.
• Al-Attas, S. M. N. (2021). Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam. ISTAC.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)
Editor : Nofis Husin Allahdji


Social Header