Bogor – Proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tingkat SMP, SMA/SMK di Kabupaten Bogor tahun ajaran 2025/2026 menuai kritik tajam. Ribuan siswa siswi yang mendaftar melalui jalur domisili dilaporkan tidak lolos, meskipun mereka tinggal di sekitar sekolah yang dituju. Begitu pula pada daerah lainnya seluruh Indonesia. Bisa dikatakan ribuan anak bisa putus sekolah. Program Agar anak tidak putus sekolah dipertanyakan realisasinya oleh Masyarakat.
Kondisi ini memicu keresahan para orang tua dan calon siswa. Banyak dari mereka mengaku heran karena kuota jalur domisili yang dijanjikan pemerintah tidak mampu mengakomodasi anak-anak mereka.
“Saya sudah 13 tahun tinggal di Ciomas, rumah saya kurang dari 1km dari sekolah negeri. Tapi anak saya ditolak dengan alasan kuota penuh. Ini sistemnya yang salah atau kami yang harus pindah rumah?” ujar Syarif, salah satu orang tua siswa yang kecewa.
Di beberapa kecamatan seperti Ciomas, Cibinong, dan Cileungsi, ratusan siswa lain juga mengalami hal serupa. Tidak sedikit dari mereka yang terpaksa mencari sekolah swasta dengan biaya jauh lebih tinggi.
Masyarakat berharap sistem SPMB tahun depan diperbaiki agar kejadian serupa tidak terulang. Mereka juga meminta pemerintah membuka kuota tambahan atau jalur khusus untuk mengakomodasi siswa yang benar-benar berdomisili dekat sekolah.
“Anak-anak kami adalah generasi penerus. Jangan sampai mereka jadi korban sistem yang carut-marut,” tegas Syarifatullah, warga Ciomas yang anaknya gagal di jalur domisili. Mengapa tidak dikembalikan lagi dengan sistem penerimaan sekolah berdasarkan NEM. Agar tidak ada lagi cara cara yang di duga banyak oknum yang bermaen kotor merugikan di saat anak anak butuh lanjut sekolah
Narasumber : Syarifatullah
Social Header