Pada senja dia meminta
Agar menjelma kembali menjadi fajar pagi yang merona dan bergelora
Untuk menulis ulang cerita,
Melukis ulang senja yang kusam, dengan warna
Tanpa kuasa dia ikuti benang-benang takdir yang diikat pada jantungnya
Menjalani naskah cerita yang dia rasa bukan untuknya
Menelan takdir dengan rentetan tanya
Dan di antara gemuruh kehendak dan sunyi pengharapan,
Baginya, takdir hanyalah selembar daun yang menari dalam badai waktu
Dan ketika senja tak lagi punya warna
Ia duduk di ambang antara kemungkinan dan keniscayaan
Kisah tubuhnya dimiliki oleh waktu,
Tapi jiwanya menolak ditaklukkan oleh rancangan yang bukan miliknya
(Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma – Depok, 24 Juli 2025)
Editor : Nofis Husin Allahdji
Social Header