Breaking News

MATEMATIKA ADALAH BAHASA PENCIPTA MENULIS ALAM SEMESTA


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 20 September 2025.
Di balik setiap bintang yang berdenyut di langit malam, di balik setiap gelombang yang memecah di tepi pantai, ada denyut rahasia yang berbicara dalam bahasa yang tak terdengar oleh telinga, namun dapat dibaca oleh pikiran: angka. Angka adalah puisi yang ditulis alam di atas kanvas ruang dan waktu, “simbol yang menyimpan keteraturan di tengah kekacauan” (Capra, 2010). Ia bukan sekadar alat berhitung, melainkan mantra kosmik yang menghubungkan manusia dengan hukum-hukum yang mengatur semesta. Dalam setiap deret Fibonacci pada kelopak bunga, dalam setiap rasio emas pada cangkang kerang, alam seakan berbisik bahwa ia berbicara melalui pola, dan pola itu adalah angka.

Bahasa, logika, dan matematika memiliki kesamaan mendasar: semuanya bergantung pada simbol dan aturan. “Matematika adalah bahasa dengan tata bahasa yang ketat dan kosakata yang terbatas namun tak terbatas dalam kombinasi” (Devlin, 2000). Dalam kerangka ini, teorema adalah puisi yang dibangun dari aksioma, dan pembuktian adalah narasi yang menghubungkan premis dengan kesimpulan. Seperti halnya puisi, keindahan matematika sering kali terletak pada kesederhanaan bentuk dan kedalaman makna.

Sejak zaman kuno, filsuf dan ilmuwan memandang angka sebagai kunci untuk memahami realitas. Pythagoras menyatakan bahwa “segala sesuatu adalah bilangan” (Kline, 1990), sebuah pandangan yang menempatkan matematika sebagai inti dari eksistensi. Pandangan ini menemukan gema dalam fisika modern, di mana hukum-hukum alam dirumuskan dalam persamaan matematis yang elegan. “Matematika adalah bahasa di mana Tuhan menulis alam semesta” (Galilei, 1623/2018). Dengan memahami angka, manusia tidak hanya memecahkan persoalan praktis, tetapi juga menyingkap struktur terdalam dari kenyataan itu sendiri.

Dalam kosmologi, angka menjadi jembatan antara pengamatan dan pemahaman. Konstanta fisika seperti kecepatan cahaya atau konstanta gravitasi bukan sekadar nilai numerik, melainkan “penanda keteraturan yang memungkinkan alam semesta tetap konsisten” (Greene, 2011). Melalui angka, kita dapat memprediksi gerak planet, memahami siklus bintang, bahkan meramalkan fenomena cuaca. Angka menjadi alat navigasi dalam samudra luas realitas, memberi arah di tengah ketidakpastian.

Lebih jauh, angka juga menyentuh ranah metafisika. Dalam tradisi mistik, angka dipandang sebagai simbol takdir dan pesan tersembunyi dari alam. “Numerologi memandang angka sebagai arketipe yang memuat energi dan makna tertentu” (Cheung, 2015). Meski tidak semua pendekatan ini bersifat ilmiah, ia menunjukkan bahwa manusia secara naluriah merasakan adanya resonansi antara angka dan makna hidup. Angka menjadi cermin yang memantulkan keterhubungan antara pikiran manusia dan struktur kosmos.

Dengan demikian, angka bukan hanya instrumen teknis, tetapi juga bahasa universal yang menghubungkan manusia dengan keteraturan semesta. Ia adalah “kode sumber” yang memungkinkan kita membaca, memahami, dan bahkan memprediksi jalannya realitas (Tegmark, 2014). Memahami angka berarti memahami hukum-hukum yang mengatur keberadaan, dari yang paling kasat mata hingga yang paling tersembunyi.

Dan pada akhirnya, di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh suara, angka hadir sebagai keheningan yang berbicara. Ia adalah denyut nadi kosmos, gema yang mengalun dari awal penciptaan. Dalam setiap angka, ada cerita yang menunggu untuk dibaca; dalam setiap persamaan, ada rahasia yang menunggu untuk diungkap. Maka, ketika kita menghitung, kita sebenarnya sedang mendengarkan bisikan bahasa semesta—dan di sanalah kita menemukan bahwa memahami angka adalah memahami diri kita sendiri.

------SELESAI------

Referensi:
• Capra, F. (2010). The Tao of Physics: An Exploration of the Parallels Between Modern Physics and Eastern Mysticism. Shambhala.
• Cheung, T. (2015). The Numerology Guidebook: Uncover Your Destiny and the Blueprint of Your Life. Hay House.
• Devlin, K. (2000). The language of mathematics: Making the invisible visible. W.H. Freeman.
• Galilei, G. (2018). Il Saggiatore (1623). Cambridge University Press.
• Greene, B. (2011). The Hidden Reality: Parallel Universes and the Deep Laws of the Cosmos. Vintage.
• Kline, M. (1990). Mathematics: The Loss of Certainty. Oxford University Press.
• Tegmark, M. (2014). Our Mathematical Universe: My Quest for the Ultimate Nature of Reality. Vintage.
________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives" 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari berbagai sumber. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSGROUP.CO.ID