Breaking News

PERISTIWA BAWEAN 2003 RAKYAT MENGHINGBAU PRESIDEN RI HARUS LEBIH TEGAS


Pada tanggal 3 Juli 2003, terjadi suatu peristiwa Militer, yang jarang di ketahui masyarakat Indonesia, di mana dua buah pesawat tempur TNI-AU, jenis F-16 Fighting Falcon, hampir saja bertempur "Dog Fight" dengan dua buah pesawat tempur Amerika dari jenis FA-18 Hornett di atas laut Jawa Timur ( Pulau Bawean)

Pertempuran "Dog Fight" ini, lazim kita kenal dalam pertempuran head to head di udara, yang membutuhkan keberanian serta keahlian manuver tempur pilot pesawat yang sangat berbahaya.


*BAB 1 ,PERJALANAN KAPAL INDUK AS, MELINTAS LAUT RI*

Hal ini berawal dari sebuah perjalanan kapal induk Amerika Serikat, yang mengarungi Selat Malaka, menuju Australia, melintasi ALKI 1.
(ALKI 1-> Alur Laut Kepulauan Indonesia, yang meliputi Selat Malaka, Laut Utara Jakarta,Laut Utara Jawa,Laut Bali,Lombok menuju Australia) Reff: Wikipedia, ALKI,Alur Laut Kepulauan Indonesia.

Kapal Induk USS Carl Vinsion CVN-70 ini berlayar, dengan di iringi beberapa kapal tempur, serta mengangkut sekitar 100 Pesawat Tempur jenis FA-18 Hornett

Saat Kapal Induk tersebut melewati laut Jawa, di dekat Pulau Bawean, masuk wilayah Provinsi Jawa Timur, Kapal Induk ini melepas landaskan 2 buah pesawat tempur FA-18 Hornett untuk melakukan manuver latihan tempur.

*Kegiatan ilegal tentara Amerika ini tanpa pemberitahuan sama sekali pada otoritas penerbangan wilayah kedaulatan udara Republik Indonesia*

Lebih parah lagi, kegiatan dua pesawat tempur Amerika ini mengganggu penerbangan sipil , maskapai Buroq Airline dan Mandala Airline.

Kedua Maskapai tersebut melaporkan gangguan manuver latihan tempur di jalur penerbangan sipil pada otoritas pertahanan udara wilayah kedaulatan Republik Indonesia.


*BAB 2, REAKSI TNI AU*

TNI AU, tidak tinggal diam, saat itu dari 11 pesawat tempur RI yang ada, hanya beberapa saja yang layak terbang, akibat embargo militer Amerika pada Indonesia sejak tahun 1999, akibat tuduhan Pelanggaran HAM berat di Timor Leste.

Dua pesawat tempur TNI-AU dari jenis F-16 Fighting Falcon, ber- seat tandem di persiapkan untuk "Misi Identifikasi Visual" terhadap dua pesawat tempur Amerika tersebut.

Kapten Penerbang Ian Fuadi, bertandem dengan Kapt.Penerbang Fajar.A di pesawat tempur F-16 dengan kode Falcon 1.

Sedangkan Kapt.Penerbang Toni.H bertandem dengan Kapt Penerbang Satrio Utama, di pesawat tempur F-16 dengan kode Falcon 2.

Dalam waktu singkat, kedua F-16 TNI AU sudah bisa melakukan kontak visual dengan dua FA18-Hornett Amerika.

Upaya kontak radio, di balas dengan manuver "Jammer" pengacau radar oleh kedua FA18-Hornett tentara Amerika tersebut.

Bahkan salah satu FA18-Hornett Amerika tersebut sudah mengunci F-16 Indonesia (Falcon 1), dengan posisi tersebut, bisa saja rudal taktis FA18-Hornett bisa di luncurkan untuk menjatuhkan Falcon 1.

Namun, berkat pertolongan Yang Maha Kuasa dan keberanian Kapt.Penerbang Ian Fuadi, Falcon 1 berhasil melakukan manuver ekstrim untuk melepaskan diri dari kuncian salah satu FA18-Hornett tersebut.

Lalu selanjutnya, Falcon 2 justru malah berhasil mengunci  salah satu FA 18-Hornett itu, jika mau..Kapt.Penerbang Toni.H bisa saja meluncurkan salah satu rudal AIM -9P4 Side Winder, dari dua rudal yang di bawa.

Melihat keunggulan manuver TNI-AU yang justru bisa mengunci pesawat tempur Amerika tersebut, melunakkan sikap pilot Amerika.

Kedua Pesawat Tempur Indonesia memberi kode "Rocking The Wing" , yaitu menggerakkan sayap, seolah melambaikan tangan, untuk memberi isyarat: "Cooling down and Chill out". ( Mohon sabar dan harap tenang)

Akhirnya ke empat pesawat itu bisa melakukan kontak radio, dan pihak TNI AU mempertanyakan, mengapa Tentara Amerika melakukan manuver latihan tempur di wilayah kedaulatan Indonesia.


*BAB 3, UNCLOS 1982*

Pihak Amerika berdalih, bahwa ini adalah Wilayah Udara Internasional, karena menurut mereka, wilayah Indonesia hanyak berjarak 12 mill laut dari garis pantai pulau Jawa.

Hal ini di bantah TNI AU, bahwa berdasarkan Hukum Internasional Unclos 1982, Semua negara kepulauan memiliki hak mutlak wilayah perairan dan udara di antara kepulauan di wilayah negara nya.

Untuk itu, pihak Indonesia melayangkan Nota Protes pada Amerika, yang akhirnya di selesaikan dengan damai.

Akibat dari peristiwa ini, di tahun betikutnya, 2004, TNI AU membeli pesawat tempur dari Russia, yaitu Sukhoi SU2730 sebanyak 16 unit, dan juga berencana membeli Sukhoi SU35S, yang sangat canggih, yang konon sangat di takuti di dunia penerbangan, akibat kemampuan manuver "Cobra" (Posisi tegak lurus seolah berdiri seperti ular Cobra) yang konon hanya bisa di lakukan pesawat ini di dunia.


*BAB 4, KESIMPULAN*

Tentara Nasional Indonesia, dengan segala sumber daya yang di milikinya, akan senantiasa berupaya untuk menjaga kedaulatan Republik Indonesia ini.

Meskipun dengan segala keterbatasan sarana dan pra sarana, semangat serta jiwa patriot TNI akan selalu terpanggil, untuk berdiri paling depan menghadapi semua ancaman yang merongrong negara ini.

Loyalitas TNI akan selalu di limpahkan pada negara dan bangsa ini, meski harus menghadapi kekuatan sebesar apapun.

Mereka rela binasa untuk ibu pertiwi, untuk itu sudah selayaknya kita menghargai pengorbanan dan jasa mereka.

Peristiwa Bawean Rakyat Berharap kepada PRESIDEN RI JENDRAL HAJI PRABOWO SUBIYANTO agar lebih tegas. Perkuat TNI AU AD AL untuk menghadapi segala ancaman yang bisa terjadi untuk INDONESIA. NUSANTARA tidak pernah kalah dalam semua sejarah (19/03/2025)

Wallahu'alam bisawab.

Dokumen 18 November 2018
Sjamsoel Ridzal

*Rujukan:*
1. Disarikan dari Video: Analisis Militer.com, 17 Oktober 2018.

2. https://m.antaranews.com/berita/618202/f-16-nomor-registrasi-ts-1603-berjasa-pada-insiden-pulau-bawean

Editor : Nofis
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSGROUP.CO.ID