Breaking News

KEHIDUPAN TIDAK PERNAH BERMAKSUD MENYAKITI ATAU MENGHIBUR KITA


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma – Depok, 5 Oktober 2025.

Di antara desir angin pagi dan bayang-bayang cahaya yang menari di lantai batubata, kehidupan berjalan tanpa pretensi. Ia tidak datang membawa niat untuk melukai, pun tidak menyodorkan hiburan sebagai pelipur lara. Ia hadir seperti embun di ujung daun: diam, jujur, dan apa adanya. Kita, sang penafsir, yang menorehkan makna di atas kanvas kosong itu. "Kehidupan bukanlah narasi yang ditulis untuk menyenangkan atau menyiksa, melainkan ruang kosong yang diisi oleh cara pandang kita sendiri" (Siregar, 2021). Dalam ruang batin yang sunyi, persepsi menjadi kuas yang melukis rasa: bahagia, kecewa, harapan, atau luka.

Dalam ranah psikologi eksistensial, manusia dipandang sebagai makhluk yang bebas menafsirkan realitas. Viktor Frankl, dalam logoterapinya, menyatakan bahwa "makna bukanlah sesuatu yang ditemukan, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh individu dalam respons terhadap kehidupan" (Frankl, 2006). Maka, penderitaan bukanlah hasil dari kehidupan itu sendiri, melainkan dari cara kita memaknainya. Ketika hujan turun, ia bisa menjadi puisi bagi penyair, atau gangguan bagi pejalan kaki. Hujan adalah berkah bagi petani yang baru menanam padi, namun bisa dipandang musibah bagi es cendol atau tukang kerupuk yang baru menjemur kerupuknya. Tapi, hujan adalah hujan; apa adanya, netral, tak berpihak, tak hendak berteriak menghardik, pun juga tak hendak bernyanyi untuk manusia.

Dalam konteks neurokognitif, persepsi emosional terbentuk dari interaksi antara stimulus eksternal dan interpretasi internal. "Otak manusia memiliki mekanisme yang memungkinkan emosi muncul bukan dari kejadian itu sendiri, melainkan dari tafsir terhadap kejadian tersebut" (Saputra & Wijaya, 2022). Ini menjelaskan mengapa dua orang bisa merespons situasi yang sama dengan emosi yang bertolak belakang. Latar belakang kondisi kejiwaan menentukan interpretasi dan respon atas stimulus eksternal. Maka, bukan kehidupan yang menyakiti kita, melainkan tafsir kita yang melukai diri sendiri.

Konklusi dari pemikiran ini mengarah pada satu kesadaran: kita memiliki kuasa untuk membentuk pengalaman emosional kita sendiri. Dengan mengubah cara pandang, kita mengubah rasa. "Transformasi persepsi adalah kunci untuk mengubah penderitaan menjadi pembelajaran, dan kebahagiaan menjadi kesadaran" (Rahardjo, 2023). Dalam dunia yang tak menjanjikan hiburan atau luka, kita adalah pencipta makna. Dan makna itulah yang menentukan apakah kita merasa tersakiti atau terhibur.

Maka, mari kita duduk sejenak di beranda batin kita. Biarkan cahaya pagi menyentuh wajah kita dengan kejujuran yang tak berpihak. Kehidupan tidak pernah berniat menyakiti kita, sebagaimana ia tidak pernah berniat menghibur. Ia hanya ada; seperti tanah, seperti langit, seperti waktu. Kita-lah yang menaburkan benih makna di ladangnya. Dan dari benih itu, tumbuhlah rasa. Rasa yang bisa menjadi luka, bisa pula menjadi pelipur lara. Di titik ini, kita belajar bahwa kebijaksanaan bukanlah mengendalikan kehidupan, melainkan mengendalikan cara kita memandangnya.

Referensi:
• Siregar, A. (2021). Fenomenologi Kehidupan dalam Perspektif Filsafat Timur. Jurnal Filsafat Nusantara, 18(2), 112–125.
• Frankl, V. E. (2006). Man’s Search for Meaning. Beacon Press.
• Saputra, R., & Wijaya, H. (2022). Neuropsikologi Persepsi Emosional: Kajian Interdisipliner. Jurnal Psikologi Kognitif Indonesia, 10(1), 45–59.
• Rahardjo, B. (2023). Makna sebagai Transformasi: Perspektif Psikologi Humanistik. Jurnal Psikologi Humaniora, 15(3), 203–217.
________________________________________
“MPK’s Literature-based Perspectives” 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSGROUP.CO.ID