Breaking News

KECERDASAN SOSIAL BERNAMA BASA-BASI


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 8 September 2025.
Ada kalanya kebenaran adalah pedang yang terlalu tajam, memotong bukan hanya kebohongan, tetapi juga jalinan halus yang mengikat hati manusia. Dalam ruang-ruang percakapan, kata yang terlalu telanjang dapat menjadi badai yang merobek layar perahu hubungan. Maka manusia, dengan naluri bertahan hidupnya, menciptakan seni halus bernama basa-basi—sebuah jembatan rapuh namun indah, yang memungkinkan dua tepi hati tetap terhubung meski arus di bawahnya bergolak. “Berbasa-basi adalah strategi komunikasi yang berfungsi sebagai pelumas interaksi sosial, mengurangi gesekan emosional” (Brown & Levinson, 1987). Ia adalah inovasi psikologis-kultural yang lahir dari kesadaran bahwa tidak semua kebenaran harus diucapkan telanjang di hadapan orang lain.

Dalam perspektif sosiolinguistik, tata-krama yang berwujud basa-basi bukanlah kebohongan murni, melainkan “tindakan kesantunan yang bertujuan menjaga muka lawan bicara” (Goffman, 1967). Ia bekerja sebagai mekanisme proteksi sosial, memastikan bahwa interaksi tidak runtuh oleh benturan ego atau perbedaan pandangan yang terlalu keras. Penelitian menunjukkan bahwa strategi kesantunan ini bersifat lintas budaya, meski bentuk dan intensitasnya berbeda-beda (Holmes, 2013). Dengan demikian, basa-basi adalah bahasa diplomasi sehari-hari yang memungkinkan masyarakat berfungsi tanpa terus-menerus terjebak dalam konflik terbuka.

Dari sudut pandang psikologi evolusioner, kemampuan untuk menahan kebenaran demi menjaga harmoni adalah bagian dari “kecerdasan sosial” yang membantu manusia bertahan secara kolektif (Dunbar, 1996). Dalam kelompok sosial, individu yang mampu mengelola kata-kata dengan hati-hati cenderung lebih diterima dan memiliki jaringan dukungan yang lebih kuat. Basa-basi, dalam hal ini, menjadi alat adaptasi yang mengurangi risiko terisolasi dari kelompok.

Namun, berbasa-basi juga memiliki sisi paradoks. “Terlalu banyak basa-basi dapat menciptakan jarak emosional dan mengaburkan keaslian hubungan” (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988). Di sinilah seni keseimbangan diperlukan: kapan harus berkata jujur, kapan harus membungkusnya dengan lapisan kata yang lembut. Keseimbangan ini bukan hanya soal etika, tetapi juga keterampilan sosial yang menentukan kualitas hubungan jangka panjang.

Basa-basi adalah jembatan yang dibangun di atas sungai kebenaran dan kepentingan emosional. Ia tidak menghapus kebenaran, tetapi menundanya, mengatur cara dan waktu penyampaiannya agar tidak menghancurkan struktur hubungan. “Kesantunan adalah strategi untuk mempertahankan hubungan sosial dalam jangka panjang” (Spencer-Oatey, 2008). Dengan memahami fungsi ini, kita dapat menggunakannya secara bijak, bukan sebagai topeng permanen, tetapi sebagai alat navigasi dalam arus komunikasi yang kompleks.

Dan pada akhirnya, hidup adalah perjalanan di antara kata-kata: ada yang kita ucapkan, ada yang kita simpan, dan ada yang kita bungkus dengan senyum. Basa-basi adalah seni menanam bunga di tepi jurang—ia tidak mengubah kedalaman jurang itu, tetapi memberi kita alasan untuk tetap melangkah di sisinya. Dalam setiap basa-basi, ada harapan bahwa hubungan akan bertahan, bahwa jembatan itu akan tetap kokoh meski badai datang. Dan mungkin, di sanalah letak kebijaksanaan manusia: memilih kata bukan hanya untuk mengatakan sesuatu, tetapi untuk menjaga sesuatu tetap ada.


Referensi:
• Brown, P., & Levinson, S. C. (1987). Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge University Press.
• Goffman, E. (1967). Interaction Ritual: Essays on Face-to-Face Behavior. Anchor Books.
• Holmes, J. (2013). An Introduction to Sociolinguistics (4th ed.). Routledge.
• Dunbar, R. (1996). Grooming, Gossip, and the Evolution of Language. Harvard University Press.
• Gudykunst, W. B., & Ting-Toomey, S. (1988). Culture and Interpersonal Communication. Sage Publications.
• Spencer-Oatey, H. (2008). Culturally Speaking: Culture, Communication and Politeness Theory. Continuum.
________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives" 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSGROUP.CO.ID