Breaking News

PARA RAJA TEKNOLOGI MULAI BERTANI: PERTANDA APA INI ?


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 3 September 2025.
Di puncak menara gading inovasi digital, di mana algoritma dan byte menjadi mata uang utama, para arsitek dunia maya—Jack Ma, Mark Zuckerberg, Warren Buffett, Bill Gates, bahkan Jeff Bezos—kini mengalihkan pandangan mereka ke hamparan hijau bumi. Dari kilauan layar dan kompleksitas kode, mereka kini merangkul kesederhanaan tanah, berinvestasi dalam bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan. Ini bukan sekadar diversifikasi portofolio biasa; ini adalah sebuah migrasi strategis, sebuah pengakuan bahwa di tengah hiruk-pikuk kemajuan teknologi, fondasi kehidupan yang paling purba—pangan—kembali menjadi inti dari segala nilai. Sebuah paradoks yang memukau: ketika para visioner masa depan menunduk, mereka menemukan masa depan itu berakar pada tanah.

Pergeseran investasi para tokoh teknologi ini ke sektor agraris bukanlah kebetulan, melainkan respons terhadap tantangan global yang mendesak. "Ketahanan pangan global dan keberlanjutan sistem pangan dihadapkan pada tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan degradasi lingkungan," (Fan & Brzeska, 2020). Para visioner ini memahami bahwa krisis pangan bukan hanya masalah kemanusiaan, tetapi juga ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan sosial di masa depan. Investasi mereka mencerminkan kesadaran akan kebutuhan mendesak untuk mentransformasi sistem pangan agar lebih resilien dan produktif, sekaligus berkelanjutan.

Namun, investasi mereka tidak sekadar menanam benih atau beternak hewan dengan cara tradisional. Para raksasa teknologi ini membawa serta keahlian inti mereka: inovasi dan teknologi. "Integrasi kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan analitik data dalam pertanian, yang dikenal sebagai AgTech atau Pertanian 4.0, memiliki potensi untuk merevolusi efisiensi dan produktivitas sektor ini," (Saiz-Rubio & Rovira-Más, 2020). Mereka berinvestasi pada pertanian presisi, irigasi cerdas, pemantauan tanaman dan ternak berbasis sensor, robotika pertanian, hingga bioteknologi untuk meningkatkan hasil panen dan kualitas produk. Ini adalah upaya untuk menerapkan solusi berbasis data dan otomatisasi pada sektor yang selama ini dianggap konvensional (Klerkx & Rose, 2020).

Dari perspektif ekonomi, langkah ini juga merupakan strategi jangka panjang yang cerdas. "Sektor pangan dan pertanian menawarkan nilai jangka panjang yang stabil dan fundamental, yang seringkali kurang terpengaruh oleh gejolak pasar teknologi yang cepat," (Garside & Shaw, 2021). Sektor ini secara jangka panjang juga lebih memiliki resiliensi dari segala macam disrupsi; baik disrupsi oleh perkembangan teknologi, maupun gejolak sosial-ekonomi, politik maupun militer. Selain itu, investasi ini juga berfungsi sebagai diversifikasi portofolio yang signifikan, mengurangi ketergantungan pada sektor teknologi yang sangat kompetitif dan cepat berubah. Para miliarder ini melihat potensi pasar yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan pangan global yang terus meningkat, serta peluang untuk menciptakan model bisnis baru yang menggabungkan produksi pangan dengan teknologi canggih (Lowder et al., 2021).

Pergeseran investasi para tokoh teknologi terkemuka dunia ke sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan adalah sebuah fenomena strategis yang didorong oleh kesadaran akan tantangan ketahanan pangan global, potensi revolusi teknologi dalam agribisnis, dan pencarian nilai jangka panjang yang stabil. Mereka tidak hanya membawa modal, tetapi juga pola pikir inovatif dan kemampuan teknologi untuk mentransformasi sektor-sektor fundamental ini.

Ketika para nakhoda kapal digital kini mengarahkan kompasnya ke ladang-ladang hijau, sebuah narasi baru tentang kemajuan mulai terukir. Ini adalah pengakuan bahwa di balik setiap kecanggihan buatan manusia, ada kebenaran abadi tentang ketergantungan kita pada bumi. Masa depan peradaban tidak hanya terletak pada kecepatan koneksi atau kekuatan komputasi, melainkan pada kemampuan kita untuk memberi makan diri sendiri secara berkelanjutan, dengan bijak merangkul inovasi untuk melayani akar kehidupan. Ini adalah panggilan untuk kembali ke esensi, sebuah pengingat bahwa di tengah gemerlap teknologi, kebijaksanaan sejati bersemayam di tanah yang memberi kita hidup.

Referensi:
• Fan, S., & Brzeska, J. (2020). Food systems for a healthy planet. Annual Review of Environment and Resources, 45, 1-27.
• Garside, P., & Shaw, J. (2021). The future of food: Emerging trends and challenges. Food Policy, 104, 102120.
• Herrero, M., Thornton, P. K., Mason-D’Croz, D., Ellis, R. J., Dixon, J., Gudis, K., & Van de Steeg, J. (2020). Innovation for food system transformation. Nature Food, 1(7), 390-398.
• Klerkx, L., & Rose, D. C. (2020). Platforms in agriculture: Challenges and opportunities for alignment with agroecology. Agricultural Systems, 180, 102792.
• Lowder, S. K., Raney, T., & Pingali, P. L. (2021). The future of food and agriculture: Drivers and triggers for transformation. Food Policy, 104, 102121.
• Saiz-Rubio, V., & Rovira-Más, F. (2020). From Smart Farming to Agriculture 5.0: A Review on the Use of Artificial Intelligence and the Internet of Things in Modern Agriculture. Agriculture, 10(7), 423.
________________________________________
”MPK’s Literature-based Perspectives”
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSGROUP.CO.ID