Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 4 Oktober 2025.
Keberuntungan adalah angin sejuk tak bernama yang tiba-tiba melintas di antara celah waktu dan kehendak. Ia tidak memilih siapa yang akan disentuhnya, tidak tunduk pada harapan, tidak terikat pada keadilan. Ia seperti hujan yang jatuh di ladang yang siap, bukan ladang yang meminta. Dalam sunyi kehidupan, keberuntungan adalah pertunjukan dari probabilitas yang menari di atas panggung dunia yang acak, yang jalinan konstelasi sebab-akibatnya super kompleks dan maha luas. “Keberuntungan adalah keterlemparan kita ke dalam dunia yang tidak memihak, namun tetap memberi peluang” (Zailani et al., 2023). Ia adalah realitas objektif yang netral, hadir sebagai kemungkinan yang tak mengenal pilih kasih, namun tetap membuka celah bagi pemaknaan keajaiban.
Namun keberuntungan tidak berhenti di angka dan peluang. Ia juga hidup dalam narasi batin yang kita rajut sendiri. Filosof dan ilmuwan kognitif Daniel Dennett menjelaskan bahwa keberuntungan dapat dipahami sebagai produk dari bias kognitif manusia yang peka terhadap pola dan cerita. Otak kita cenderung mengingat peristiwa langka dan positif, lalu membentuk narasi “keberuntungan” untuk menjelaskan pengalaman tersebut, sementara ribuan peristiwa biasa dan negatif sering diabaikan. “Keberuntungan adalah ilusi kognitif yang muncul dari cara otak kita memproses dan mengorganisasi pengalaman” (Dennett, 1991). Mereka yang merasa beruntung cenderung memiliki sikap optimis, terbuka pada pengalaman baru, dan mampu melihat makna di balik peristiwa. Sebaliknya, mereka yang merasa tidak beruntung sering kali terjebak dalam ramalan bawah sadarnya yang terpenuhi dengan sendirinya. Maka, keberuntungan menjadi konstruksi subjektif yang bermakna, bukan sekadar apa yang terjadi, tetapi bagaimana kita memaknainya.
Dalam pandangan yang lebih saintifik, keberuntungan hanyalah statistik yang dialami secara subjektif. Kita adalah makhluk yang terbatas yang hidup dalam sistem yang sangat kompleks dan luas dengan miliaran variabel. “Keberuntungan adalah saat sejumlah variabel acak tersebut selaras untuk menguntungkan kita. Ia tidak punya niat atau tujuan” (Zailani et al., 2023). Lebih jauh, keberuntungan adalah hasil dari interaksi antara kesempatan dan kesediaan. Richard Wiseman menyebut bahwa “orang yang beruntung adalah mereka yang memaksimalkan peluang, mendengar intuisi, dan tetap optimis meski gagal” (Liao, 2022). Dalam konteks ini, keberuntungan bukan sesuatu yang ditunggu, tetapi sesuatu yang diundang. Ia datang kepada mereka yang siap, yang bekerja keras, dan yang membuka diri terhadap kemungkinan. “Keberuntungan adalah hasil dari kesiapan yang bertemu dengan peluang” (Sucipto, 2024). Maka, keberuntungan bukanlah hadiah acak, melainkan respons semesta terhadap kesiapan batin dan tindakan nyata.
Kesimpulannya, keberuntungan bukanlah entitas tunggal, melainkan spektrum yang bergerak antara objektivitas, subjektivitas, dan kesiapan. Ia bisa menjadi angka dalam kalkulasi probabilitas, bisa menjadi makna dalam narasi hidup, dan bisa menjadi hasil dari kerja keras yang konsisten. “Keberuntungan adalah jembatan antara dunia yang acak dan jiwa yang terarah” (Zailani et al., 2023).
Dan pada akhirnya, keberuntungan adalah cermin dari cara kita hidup. Ia bukan sekadar datang atau tidak datang, tetapi bagaimana kita menyambutnya. Dalam keheningan batin, keberuntungan bukanlah kejutan, melainkan gaung panjang dari kesiapan yang telah lama kita tanam. “Keberuntungan adalah angin sejuk yang datang kepada mereka yang telah membuka jendela harapan dan pintu usaha” (Liao, 2022). Maka, jangan hanya menunggu keberuntungan, undanglah ia dengan membuka jendela kesiapan, intuisi makna, cahaya optimisme dan terus melatih otot jiwa keberanian untuk melangkah. Bukan hanya untuk menyambut kedatangan keberuntungan, tapi yang paling penting adalah bahwa kita telah senantiasa menyajikan dan mempersembahkan versi terbaik dari diri kita kepada semesta.
Referensi:
• Dennett, D. C. (1991). Consciousness Explained. Little, Brown and Co.
• Liao, O. (2022). Keberuntungan: Definisi dan Penjelasannya Secara Ilmiah. MatchaTalent.
• Sucipto. (2024). Psikologi Keberuntungan: Bagaimana Rasa Yakin, Perilaku, dan Sikap Berpengaruh Pada Persepsi Kita Tentang Keberuntungan dan Kesialan. AyoJakarta.
• Zailani, A., Mardani, Y. D., & Adri, Z. (2023). Konsep Keberuntungan: Studi Indigenous Masyarakat Sumatera Barat. Universitas Negeri Padang.
________________________________________
MPK’s Literature-based Perspectives
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
________________________________________
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)
Editor : Nofis Husin Allahdji
Social Header