Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 12 Juli 2025.
Dalam hiruk-pikuk eksistensi, jiwa manusia tak henti-hentinya berburu jawaban, merangkai pertanyaan tentang makna, tujuan, dan takdir. Kita mencari di luar diri, di tengah gemuruh informasi, di antara riuhnya perdebatan, berharap menemukan peta yang sempurna untuk menavigasi labirin kehidupan. Namun, ada sebuah kebenaran yang seringkali terlewatkan dalam kebisingan ini: bahwa di dalam hening yang paling dalam, di jantung meditasi, terdapat jenis sunyi yang mencukupi segala kebutuhan, yang menjawab semua pertanyaan, yang memahami segala keadaan dan kejadian. Ia bukanlah ketiadaan suara, melainkan kehadiran yang melimpah, sebuah ruang di mana kebijaksanaan universal berbisik, dan di sana, segala kerumitan luruh menjadi kesederhanaan yang mendalam. Ini adalah paradoks agung antara pencarian yang tak berujung dan penemuan yang tak terduga, sebuah perjalanan dari kekacauan menuju ketenangan yang substansial.
Secara naluriah, pikiran manusia cenderung mencari solusi dan pemahaman melalui analisis, logika, dan akumulasi informasi dari dunia eksternal. "Kognisi manusia secara default diarahkan pada pemecahan masalah dan pencarian pola, yang seringkali menghasilkan 'kebisingan' mental berupa pikiran yang terus-menerus berputar," demikian observasi Daniel Kahneman (2011) dalam studinya tentang cara kerja pikiran. Kecenderungan ini, meskipun esensial untuk fungsi sehari-hari, dapat menghalangi akses kita ke lapisan kesadaran yang lebih dalam. Kita terjebak dalam lingkaran pertanyaan dan analisis, tanpa pernah mencapai titik henti yang memuaskan.
Meditasi menawarkan jalan keluar dari kebisingan mental ini, mengajak kita untuk memasuki ruang sunyi yang berbeda. "Praktik meditasi, khususnya mindfulness, mengajarkan kita untuk mengamati pikiran tanpa terlibat di dalamnya, secara bertahap mengurangi aktivitas mental yang tidak perlu dan menciptakan ruang bagi ketenangan batin," jelas Jon Kabat-Zinn (1990) dalam pengembangannya tentang kesadaran penuh. Sunyi yang dimaksud di sini bukanlah sunyi yang kosong atau hampa, melainkan sunyi yang penuh, sebuah keadaan reseptif di mana kesadaran menjadi jernih dan terbuka. Ini adalah sunyi yang aktif, bukan pasif.
Dalam sunyi yang mendalam ini, kebijaksanaan internal mulai terkuak. "Ketika pikiran yang bergejolak mereda, intuisi dan pemahaman non-konseptual dapat muncul, memberikan wawasan yang seringkali melampaui apa yang dapat dicapai melalui pemikiran rasional semata," demikian pandangan Eckhart Tolle (1999) tentang kekuatan momen kini. Sunyi ini mencukupi segala kebutuhan karena ia menghentikan siklus keinginan dan ketidakpuasan yang tak ada habisnya, membawa kita pada penerimaan penuh terhadap momen sekarang. Ia menjawab semua pertanyaan bukan dengan jawaban verbal, melainkan dengan pemahaman yang mendalam tentang sifat realitas, menghilangkan kebutuhan untuk bertanya.
Lebih lanjut, sunyi ini memahami segala keadaan dan kejadian, karena ia memungkinkan kita untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, tanpa filter penilaian, bias atau reaksi emosional yang berlebihan. "Melalui praktik meditasi, individu dapat mengembangkan kapasitas untuk menerima pengalaman, baik positif maupun negatif, dengan sikap non-penilaian, yang mengarah pada pemahaman yang lebih holistik dan penerimaan terhadap kompleksitas hidup," Ini adalah sunyi yang mengajarkan kita untuk tidak melawan, melainkan untuk mengalir bersama arus kehidupan, menemukan kedamaian di tengah badai, dan kejelasan di tengah kebingungan.
Meditasi menawarkan akses ke jenis sunyi yang unik, yang melampaui ketiadaan suara fisik. Sunyi ini adalah keadaan kesadaran yang reseptif dan penuh, di mana pikiran yang bergejolak mereda, memungkinkan munculnya kebijaksanaan internal. Dalam sunyi ini, kebutuhan terpenuhi melalui penerimaan, pertanyaan terjawab melalui pemahaman intuitif, dan segala keadaan dipahami melalui kehadiran tanpa penilaian, membimbing individu menuju kedamaian dan kejelasan yang mendalam.
Maka, di tengah riuhnya dunia yang tak henti-hentinya menuntut perhatian kita, ada sebuah panggilan untuk kembali ke dalam, ke dalam sunyi yang mencukupi. Ia adalah oasis di padang gurun pencarian, sebuah bisikan lembut yang lebih kuat dari segala teriakan. Insight terbesar-nya adalah bahwa sumber kebahagiaan, kebijaksanaan, dan pemahaman sejati bukanlah sesuatu yang harus kita kejar atau temukan di luar, melainkan sebuah realitas yang sudah ada di dalam diri kita, menunggu untuk diakses melalui pintu keheningan. Dalam sunyi itulah, kita menemukan bahwa kita adalah bagian dari melodi semesta, dan di sana, segala yang kita cari telah ditemukan.
Daftar Pustaka:
• Kahneman, D. (2011). Thinking, fast and slow. Farrar, Straus and Giroux.
• Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living: Using the wisdom of your body and mind to face stress, pain, and illness. Delta.
• Tolle, E. (1999). The power of now: A guide to spiritual enlightenment. New World Library.
• Siegel, D. J. (2010). The mindful brain: Reflection and attunement in the cultivation of well-being. W. W. Norton & Company.
________________________________________
”MPK’s Literature-based Perspectives”
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
Editor : Nofis Husin Allahdji
Social Header